Universitas Sahid (Usahid) Surakarta berhasil meraih dana bantuan dari pemerintah tahun 2022 untuk inovasi pembelajaran bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Usahid Surakarta tercatat sebagai satu dari 13 perguruan tinggi di Indonesia yang lolos dalam program Kementrian pendidikan, kebudayaan, riset, dan tehnologi klaster satu atau perguruan tinggi yang memiliki mahasiswa berkebutuhan khusus. Total mahasiswa berkebutuhan khusus di Usahid Surakarta saat ini ada 14 orang. Mereka semuanya mengalami persoalan dalam hal mendengar atau tuli. Ketua tim Inovasi Pembelajaran mahasiswa berkebutuhan khusus Usahid Surakarta, Evelyne Henny Lukitasari, mengatakan para mahasiswa berkebutuhan khusus memiliki hak yang sama sebagaimana mahasiswa pada umumnya. Hanya saja, tidak banyak perguruan tinggi yang menerima karena berbagai pertimbangan, utamanya dalam hal transfer ilmu pengetahuan dan persoalan komunikasi. Para mahasiswa tuli yang kuliah di Usahid Surakarta ditegaskan Evelyne memiliki kecerdasan yang sama dengan mahasiwa pada umumnya. Pengalaman mengelola mahasiswa tuli sejak tahun 2012, ditegaskan semuanya lulus tepat waktu bahkan tidak sedikit yang justru lulus dengan pujian atau cumlaude. “Mereka tidak bermasalah dalam hal IQ. Mereka cerdas. Mereka mampu membuat karya-karya yang luar biasa. Hanya karena tidak mampu mendengar sehingga kesulitan dalam menangkap materi pembelajaran. Dosen dan tenaga kependidikan juga memerlukan upaya khusus dalam mengelola sisi psikologis mereka. Itulah kami nyatakan tidak banyak utamanya universitas swasta yang mengakomodir para mahasiwa berkebutuhan khusus utamanya tuli,” jelas Evelyne yang merupakan Kepala Program Studi Desain Komunikasi Visual di Usahid Surakarta.
Pengalaman mengelola mahasiswa berkebutuhan khusus utamanya tuli di Usahid Surakarta selama 10 tahun terakhir memunculkan ide adanya inovasi pembelajaran khusus bagi mereka agar mampu menerima materi kuliah sebagaimana mahasiswa pada umumnya. Selama ini, para mahasiswa tuli kesulitan dalam menerima materi yang disajikan dalam bentuk kalimat panjang atau yang disampaikan melalui komunikasi verbal. Usahid Surakarta sendiri juga belum memiliki dosen yang mahir dalam berbahasa isyarat. Oleh karenanya, diperlukan inovasi pembelajaran yang membuat mahasiswa tuli mampu menerima materi kuliah dengan tepat. Inovasi yang diajukan ke pemerintah dan akhirnya lolos untuk didanai ini yakni penyusunan materi pembelajaran berbentuk pictograf. Pictograf memuat semua materi ajar dalam bentuk grafis namun tidak sekadar dua dimensi. Usahid Surakarta merancang dalam bentuk motion grafis atau gambar bergerak sehingga tampilan materi menjadi lebih menarik, disamping langsung kepada inti pesan disampaikan.
“Perkuliahan selama ini masih kami samakan dengan para teman dengar atau mahasiswa pada umumnya melalui power point dan bahan tulis lainnya. Tentu saja mereka tidak bisa menangkap secepat mahasiswa umum karena mereka juga harus membaca melalui gerak bibir. Akhirnya yang terjadi, konsultasi intensif antara dosen dan mahasiwa tuli itu yang kami lakukan,” tambah Eve.
Sebagai langkah awal, program inovasi pembelajaran untuk mahasiswa berkebutuhan khusus di Usahid Surakarta akan diterapkan pada dua mata kuliah yakni Icon Pictogram dan Animasi 2 Dimensi. Dua mata kuliah itu merupakan mata kuliah kunci di Usahid Surakarta khususnya Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV), yang akan menjadi prototype untuk diaplikasikan pada mata kuliah-mata kuliah lainnya. Dipilihnya mata kuliah icon pictogram dan animasi 2 dimensi karena DKV Usahid Surakarta memiliki unggulan dalam bidang visual branding, video dan animasi. Ketiganya, terwakili dalam dua mata kuliah tersebut.
Sementara itu Rektor Usahid Surakarta, Mohamad Harisudin mengatakan universitas memberikan dukungan penuh bagi para penyandang disabilitas khususnya tuli untuk belajar di Usahid Surakarta. Langkah awal, Usahid akan menyediakan alat transkrip suara ke dalam bentuk teks sehingga saat perkuliahan, para mahasiswa tuli dapat menyimak materi dosen. Usahid Surakarta juga akan membentuk Unit Layanan Disabilitas, yang salah satu perannya adalah memfasilitasi kebutuhan komunikasi mahasiswa berkebutuhan khusus. Di antaranya adalah melakukan penerjemahan verbal ke dalam Bahasa isyarat, utamanya untuk agenda-agenda besar seperti seminar, ujian, maupun wisuda.