HomeBeritaFatahillah Rais Fathoni, wisudawan difabel peraih IPK cumlaude

Fatahillah Rais Fathoni, wisudawan difabel peraih IPK cumlaude

Ada yang menginspirasi dari pelaksanaan wisuda ke-31 Universitas Sahid (Usahid) Surakarta. Betapa tidak, salah satu dari wisudawan yang lulus dengan predikat pujian atau cumlaude merupakan mahasiswa berkebutuhan khusus atau difabel. Ialah Fatahillah Rais Fathoni. Lulusan dari Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) ini tuli sejak lahir. Namun apa yang diraihnya saat ini, membuktikan kepada kita bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk berprestasi. Fatahillah mampu menyelesaikan pendidikan sarjananya, dalam kurun 3 tahun empat bulan, dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,65.
Bukan perjuangan yang mudah tentunya. Terlebih, dalam berkuliah, Fatahillah mengikuti kelas yang sama dengan mahasiswa umum lainnya. Tidak ada pembedaan perlakuan di dalam kelas maupun tugas-tugas perkuliahan. Namun begitu, Fatahillah mampu melampaui rekan-rekannya yang dibekali dengan fisik sempurna. Kaprodi DKV Universitas Sahid Surakarta, Evelyne Henny Lukitasari, menyebut jika apa yang diraih Fatahillah tak lepas dari upaya yang dilakukannya selama di bangku kuliah. Fatahillah disebut sosok yang rajin dan selalu mampu mengerjakan tugas-tugas perkuliahan dengan baik. Ia juga pribadi yang ceria, ramah, tidak mudah menyerah, dan menyadari keterbatasannya. Ia gigih untuk dapat berbaur dengan para mahasiswa umum lainnya agar tidak tertinggal materi dan perkembangan pengetahuan di bidang yang ia geluti. “Fatahillah bahkan aktif di unit kegiatan kemahasiswaan badminton, namun karena tugas perkuliahan yang terus menerus dan sangat banyak akhirnya ia memilih fokus kuliah. Ia itu ceria dan tidak negatif thinking. Biar dikata ada teman-temannya yang menjauh, ia tetap mendekat, mengajak bahkan menawarkan bantuan ke teman-temannya,” kata Evelyne, Kamis (16/3/2023).
Menjadi mahasiswa berkebutuhan khusus terutama tuli, ditegaskan Evelyne adalah hal yang sangat sulit karena transfer ilmu dan keterampilan dilakukan atau tidak dipisah dengan mahasiswa umum lainnya. Oleh karenanya, mahasiswa dengan kebutuhan khusus dapat lulus cumlaude, adalah sesuatu yang harus sangat dibanggakan, serta wajib menjadi kontemplasi bagi mahasiswa umum lainnya. “Ia tidak mau diistimewakan dan kami memang tidak mengistimewakan para mahasiswa tuli agar mereka tetap memiliki kompetensi yang sama dengan mahasiswa lainnya. Tapi kami memang memberikan metode yang berbeda dalam penyampaian materi ajar, dimana power point tidak banyak berupa kalimat namun gambar atau grafis. Mengapa demikian? Karena para mahasiswa tuli umumnya mengalami kesulitan dalam memahami kalimat yang panjang. Harus singkat, to the point kalau membuat materi ajar untuk mereka,” tambah Eve.
Fatahillah usai diwisuda mengatakan ia ingin bekerja sebagai graphic designer. Ia berharap masyarakat memberikan kesempatan yang sama kepada para penyandang disabilitas. Selama kuliah, mata kuliah yang ia sukai adalah fotografi, dan ilustrasi, serta semiotika visual. Yang lebih membahagiakan, para mahasiswa umum ternyata banyak yang tertarik untuk belajar bahasa isyarat. Pada beberapa kesempatan, ia sering mengajari teman-temannya tentang bahasa isyarat untuk menjembatani dalam berkomunikasi dengan sesama mahasiswa.
Mahasiswa tuli lulus dengan cumlaude disebutkan Eve sebenarnya bukan hanya Fatahillah, yang merupakan angkatan tahun 2019. Sebelumnya, telah ada dua mahasiswa lainnya yakni Sabilla Pratiwi dan Lingga Adi Sufi Bestari yang merupakan angkatan 2014, juga lulus dengan predikat cumlaude, lulus dalam waktu kurang dari empat tahun. Hal itu membuktikan jika mahasiswa tuli atau penyandang disabilitas memiliki kemampuan yang sama dengan mahasiswa lainnya. Untuk memantau perkembangan mahasiswa berkebutuhan khusus, setiap dosen usai perkuliahan, memberikan waktu khusus bagi mahasiswa untuk berkonsultasi atau menyampaikan ketidakpahaman mereka terhadap materi ajar. Media komunikasi yang digunakan selain bahasa isyarat, adalah menggunakan bahasa tulis.
Rektor Usahid Surakarta, Sri Huning Anwariningsih menegaskan jika Usahid memberikan kesempatan kepada semua anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan termasuk kepada para penyandang disabilitas. Jalur seleksi atau penerimaan mahasiswa baru dari jalur ini akan dibuka pada 15 April-15 Mei 2023. Seleksi untuk mereka yang terpenting adalah pada pemetaan minat dan bakat dan wawancara terhadap orangtua, disamping intelgensi umum. Usahid Surakarta memiliki unit layanan disabilitas yang berperan menjembatani persoalan-persoalan berkaitan dengan mahasiswa berkebutuhan khusus selama proses pendidikan, termasuk dalam penempatan di awal seleksi. Unit layanan disabilitas merupakan tim dengan keanggotaan yang memiliki latar belakang psikolog, terapi okupasi, dan juru bahasa isyarat.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *